Aku pernah mengenang bagaimana ia memberiku seikat buah delima
yang ia balut dengan beberapa helai daun lalu meletakkannya di meja hiasku
aduhai.. begitu tradisional tersaji
aku pun mulai mencium keningnya dan mengucap beberapa untaian tanda terima kasih
detik itu, kulihat wajahnya lalu mendudukkannya di ranjang kecilku yg empuk
dengan senyum kecil yang menawan menandakan kesediaannya merangkul erat tanganku
Bunda... sini
itu panggilan mesraku padanya
aku memberinya sepucuk kertas lalu mengerlingkan mataku berharap ia akan membacanya
"tertulis manja di secarik kertas nan teduh"
ku lontarkan pertanyaan untuk Bunda tersayang :)
Bunda..
Pernahkah engkau mengenang seseorang?
Di kepik telingaku
Aku sering mendengar tentang mereka
Ku katakan padanya sesekali dengan lembut “apakah ia yang
menawan hatimu,bunda?”
Kulihat ia begitu sederhana
Aku pun tak mengerti
Bunda…
Aku sering bermain dengan seribu taman syahdu kata-kata
Tapi tak pernah ku jumpai sesederhana kata itu
Yang dapat mengalun indah di telingaku
Ingatkah engkau dahulu
Ketika kutanyakan padamu “Bunda, apa yang membuatmu menyukainya?"
Engkau ceritakan bagaimana pertemuanmu dengannya
sehingga hatimu terikat kuat lalu menyatu hingga kini
Aku pernah ingin bertanya "lalu, bagaimana bisa rasa cemburu itu menghujam di setiap jantungmu dan mengalir di setiap darahmu?
karena kau pernah menangis
menangisi wanita yang berjabat tangan dengannya dahulu
Sedangkan aku bunda?
aku tak tahu bagaimana caranya mengurai denyut urat nadi cinta kelak
aku tak tahu bagaimana cara melayani seperti kesempurnaan engkau melayani beliau.
Tapi, bunda..
ingin sekali ku tanyakan padanya kelak
bagaimana engkau bisa mencintaiku?
dan walaupun menusuk dalam ruas tulang ragaku
aku akan tetap bertanya " siapa wanita yang pertama kali hadir dalam hidupmu? ceritakanlah padaku "
bunda mulai menutup kertas yang kusuguhkan
ku harap ia berkata " sederhanakan ia dengan makna, karena makna LEBIH DARI SEKEDAR BERLIAN ^.^
^Di tahun, tanggal, serta bulan yg tak pernah ku ketahui kapan ^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar