^_^

title

terima kasih sudah berkunjung ke blog yang sederhana ini,jika ingin mengcopi catatan silahkan untuk selalu menyebutkan sumbernya.semoga kita selalu dalam jalan yang haq ini.ditunnggu kembali kunjungannya.syukron jazakallahhu khayron.

Rabu, 21 Desember 2011

Dalam tulisan ini,kuselipkan seberkas cinta

Bismillah..
Dari tangan-tangan hampa dan berisi kami tawarkan sejuta senyum 
Tanpa membuat sakit atau pun rasa gundah untuk para penyanggah dunia
Kalimat ini sederhana,tak banyak "suapan sia-sia" 
Dalam pembuka atau pun sekedar penutup

Banyak Sahabat tercinta,
Yang mencoba melukiskan derajat senyuman mereka
Namun,tak ada maksud yang terselip kecuali hanya untuk membuka 
Dan membiarkan jendela-jendela hati ikut menyimak dan merenungi sejenak

Banyak sahabat-sahabat dari kami
Yang berkata untuk kalian kebaikan
Hanya untuk memberikan maksud yang tepat dalam meniti hidup ini
Lantas..
Takkah terketuk sedikit pencerahan yang sebenarnya tak aneh?
lantas..
Takkah anda mencoba untuk membuka sedikit saja perhatian yang penuh pada apa yang di sampaikan?
Ikhwah fillah yang semoga selalu di ridhoi oleh Allah Subhanahu wata'ala
Kami sampaikan bahwa mereka begitu gigih dalam berdakwah
Tak hanya di medan pertempuran
Di jejaring sosial pun masih banyak kata-kata manis yang seharusnya hendak kita telusuri


Baiklah..sejenak anda akan berpikir
Apa alasan kami menulis hal ini?
Tak lain..dan tak ada maksud apapun kecuali hanya untuk menyampaikan apa yang seharusnya anda ketahui
Saudariku nan indah
Mari dengarkan beberapa petuah yang telah di sampaikan oleh insan yang tengah berdakwah
Kalimat mereka begitu manis nan indah,tak ada maksud lain agar anda dapat nyaman dan tak jemu menyimak
Saudariku...
Lantas apakah karena dakwah mereka merasamenyinggung anda maka kita pun seketika itu berbondong-bondong membencinya?Dan meremove dari pertemanan?
Oh tidak..tidak..
Rasulullah pun tidak pernah memberikan contoh seperti itu
Lantas apakah ketika mereka memberikan fakta yang jelas dan mengeluarkan hadist dari ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah yang mulia anda pun mulai mengomentarinya dan menganggapnya terlalu banyak mencampuri urusan anda?
Masya ALLAH..oh tidak..tidak..
Sungguh tak ada maksud seperti itu yang akan di utarakan oleh insan yang tengah berdakwah.
Sungguh tak ada maksud jua pun untuk menyinggung atau pun menggurui anda atau pun malah memberikan pernyataan bahwa merekalah yang paling terbaik..
Oh masya ALLAH tidak..tak ada satu pun yang bermaksud seperti itu

Anda mungkin akan berkata sejenak
Bahwa mereka sok suci dan bersih padahal mereka pun pernah berbuat dosa?
Subhanallah..anda benar jika mengatakan bahwa sahabat-sahabat kami atau pun diri kami pernah berbuat dosa karena setiap insan tak luput dari sebuah noda.
Namun masya ALLAH anda sungguh salah jika memberikan label pada sahabat kami seperti itu.
Ikhwah fillah.. :)
Sungguh jauhilah buruk sangka antara sesama manusia
Bukankah jika anda di pihak mereka kini,anda pun tak ingin di berlakukan secraa demikian?
:) Maka berlakulah sewajarnya dalam menerima..
Anda menerima itu hak anda
Anda ingin menyimak pun itu hak anda pula
Dan jika anda ingin menanggapi itu pula hak anda namun tetap berpikir jernih dalam bertindak
Saudariku..
Namun ingatlah bahwa dunia tak selamanya menawarkan kenikmatan
Karena harus sering kita ingat dan sadari bahwa disini..
Di tempat kita berpijak ini masih ada kenikmatan yang tiada taranya 
Yang bisa kita singgahi untuk selama-lamanya.

Semoga antum dan ana jua pun dapat menggenggam kenikmatan tersebut.Allahumma Aamiin.

Jazahumullahhu khair Al jaza' wa zadahum min fadlihi warohmatihi...:))
katabahu al faqir ilalloh azza wa jalla

Aalaa'






Rabu, 30 November 2011

Literature Ilmu dalam Hati(An-Nashihah)

Bismillah..Assalamu'alaykum warahmatullaahhi wabaraakatuh
Dan dengarlah..
Betapa ingin langkah kaki dan hati untuk menapakkan jejak nan suci
Namun yang dekat malah beradu malas
Yang jauh malah beralasan asa
Sungguh telah begitu banyak "Tiang penyangga" yang tersebar di seluruh pelosok negeri
Namun sayang..
Kalimat hanya terlantun
Malas kian merasuk
Dan alasan jelas bertebaran
Masya ALLAH..

 Ikhwah fillah yang semoga senantiasa tercurah rahmat-NYA selalu..kami kabarkan kepada jendela-jendela yang tak pernah menjamah bahwa nikmat seribu nikmat telah kami torehkan bersama jejak perindu di atas tuangan cinta-NYA.Dan perlu pula kami gambarkan betapa luas dan nyamannya ketika berada di medan ilmiah. 

Kami rasakan gelora-gelora hati yang bergemuruh
Kami pun mendengar,merenungkan sehingga khidmat kian merasuki

Subhanallah..betapa besar anugerah yang telah di berikan-NYA kepada kita.Tak bisakah kita sejenak merenung?Bahwa apa yang kita miliki kini sungguh ingin di miliki oleh orang kebanyakan.Ikhwah fillah yang insya ALLAH di ridhoi setiap langkahnya oleh ALLAH subhanahu wata'ala,kami sampaikan beribu kasih yang tak terperi dari hati yang selalu tergoyah,bahwasanya kami dapati banyak di antara kita yang tak dapat menyaksikan atau pun menyentuh literature indah Ilmu tersebut. 


Dan dengarlah
Mengapa banyak insan yang bertepi dalam laga?
Mengapa banyak manusia yang bersikap menyimpang?
Mengapa banyak yang tak tau jalan?
Mengapa banyak insan yang tak mampu mengontrol keuangan?
Apakah tak ada senjata?
Apakah tak ada aturan?
Apakah  mereka tak menggunakan akal?
Oh tidak..tidak..
Sungguh saudaraku semua itu karena kurangnya ilmu
Dalam hati maupun yang lainnya.


Saudaraku..perlunya ilmu untuk menunjang beberapa manfaat dalam kehidupan maupun untuk perbekalan kelak di dunia maupun di akhirat kelak.Ilmu tak hanya mengesampingkan seseorang menjadi bersahaja di lingkungan sekitarnya namun menjadikan kepribadian seseorang dapat mudah terlihat dari segala bentuk tindakan yang ia lakukan.Sebenarnya banyak dari kita yang mampu melanjutkan pendidikan namun tak ingin memperdalaminya.Malah sebaliknya banyak yang ingin melanjutkan sekolah,hanya saja mereka tak mampu membayar segala syarat yang telah di tetapkan.Masya ALLAH..jika seperti itu adanya,sungguh rugilah diri, namun selalu renungkanlah atas apa yang anda lakukan kini.Tak terbukakah mata kita..ketika anak kecil mengais rezki di ladang nan luas memimpikan tentang bagaimana ia esok "terbit".Bagaimana ia esok merangkul mimpi yang bukan sekedar mimpi.atau pun berpikir untuk menyentuh bangku sekolah.Takkah kita berpikir?betapa banyak keringat yang sudah tertumpah,dari orang tua maupun pengorbanan mereka sendiri hanya demi mewujudkan mimpi.Bahkan tak hentinya mereka berpeluk lelah untuk mencari beberapa recehan dari hasil mengais rizki tadi.Masya ALLAH..sementara kita duduk santai di kursi malas yang telah beradu malas dan beralasan asa karena jauh atau pun tak memiliki mood baik.Masya ALLAH..
Ikhwah Fillah kami sampaikan beberapa petuah.semoga menjadi dorongan yang lebih untuk kita menimba ilmu untuk perbekalan dunia dan akhirat.
Petuah-petuah Imam Syafi'i
(Diambil dari kitab Mawa'idh Imam Syafi'i)

لا تسكنن بلدا لا يكون فيه عالم يفتيك عن دينك, ولا طبيب ينبئك عن أمر بدنك
Janganlah kalian menetap di suatu negeri yang di dalamnya tak ada seorang ulama yang memberikan fatwa tentang agamamu, dan seorang dokter yang memberitahu penyakitmu.

إذا خفت على عملك العجب, فانظر رضى من تطلب, وفي أي ثواب ترغب, ومن أي عقاب ترهب, وأي عافية تشكر, وأي بلاء تذكر. فانك اذا تفكرت في واحدة من هذه الخصال, صغر في عينك عملك

Jika kau khawatir terjebak dalam 'ujub, Maka lihatlah siapa yang engkau hadapi saat bersujud,
Pahalakah yang kau maksud?
Azabkah yang kau takut?
Nikmat kesehatan mana yang kau syukuri? Musibah apa yang kau kufuri? Jika kau memikirkan salah satu dari hal-hal tersebut akan terlihat kerdil amalanmu.

تفقّه قبل أن ترأس, فاذا رأست فلا سبيل الى التفقّه.
Perdalamlah ilmu agama sebelum kau menjadi pemimpin, karena saat kau menjadi pemimpin maka tak ada lagi waktu untuk mendalami ilmu.

كفى بالعلم فضيلة أن يدعيه من ليس فيه, ويفرح اذا نسب اليه
وكفى بالجهل شينا أن يتبرأ منه من هو فيه, ويغضب اذا نسب اليه
Cukuplah ilmu menjadi sebuah keutamaan saat orang yang tak memiliki, mengaku-ngaku memilikinya dan merasa senang jika dipanggil dengan gelar ilmuwan.
Cukuplah kebodohan menjadi aib saat orang yang bodoh merasa terbebas darinya dan marah jika digelari dengannya.
من تعلم القرآن عظمت قيمته
Barangsiapa mempelajari Al Qur'an, akan naik harga dirinya.
ومن تكلم في الفقه نما قدره.
Barangsiapa mendalami Fikih, akan berkembang kemampuannya.
ومن كتب الحديث قويت حجته.
Barangsiapa menulis Hadits, akan kuat argumentasinya.
ومن نظر في اللغة رقّ طبعه.
Barangsiapa berkecimpung dalam Ilmu Bahasa, akan lembut perasaannya.
ومن نظر في الحساب جزل رأيه.
Barangsiapa berkecimpung dalam Ilmu Matematika, akan luas akalnya.
ومن لم يصن نفسه, لم ينفعه علمه.
Barangsiapa tidak menjaga hawa nafsunya, takkan bermanfaat ilmunya . 
Semoga bermanfaat untuk kita semua.Wassalamu'alaykum warahmatullaahhi wabaraakatuh..

  

 

Rabu, 23 November 2011

MAHAR MUDAH

 oleh kak Qalesya Alya Faiz Nadira


“…Pernah terjadi seorang wanita menikah dengan mahar sepasang sandal, lantas Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam membolehkan pernikahannya. Beliau juga pernah bersabda kepada seorang pria, “Carilah (mahar) walau hanya cincin besi.” Lantas, laki-laki itu pun mencari mahar, tetapi ia tidak mendapati sesuatu. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya, “Apakah kamu hafal sebagian Al-Quran?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, yaitu surat itu dan itu.” Maka, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kunikahkan kamu kepada wanita itu dengan mahar Al-Quran yang kamu hafal itu.”

Amirul Mukminin, ‘Umar radhiyallahu anhu pernah berkata, “Janganlah kalian meninggikan mahar wanita. Jika mahar termasuk kemuliaan di dunia atau ketakwaan di akhirat, tentulah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam paling pertama melaksanakannya.” (HR. Khomsah dan dishohihkan oleh At-Tirmidzi).

Wahai anda yang mampu! Janganlah meninggikan mahar dan janganlah berbangga-bangga dengan tingginya mahar, karena di dalam masyarakat ini ada saudara-saudaramu yang tidak mampu berkompetisi denganmu. Maka yang lebih utama adalah Anda memberikan mahar yang ringan, dalam rangka mengikuti ajaran syariat, meraih berkah pernikahan, dan sebagai solidaritas kepada saudara-saudara Anda yang tidak mampu membayar mahar sebanyak yang anda berikan. Jika anda sudah memasuki dunia rumah tangga, silakan anda memberi istri anda itu harta sebanyak apapun yang anda mau.


Bila kita hendak memudahkan persoalan ini dan mengurangi beban tingginya mahar dengan cara menunda pelunasan sebagian mahar, yaitu mendahulukan pembayaran sebagian mahar sebatas yang diperlukan untuk biaya pernikahan dan menunda sisanya sebagai hutang suami, maka ini dibolehkan dan bagus. Ini akan memudahkan suami dan memberikan kemaslahatan bagi istri.

Karena itu saudara-saudara, semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan kasih sayang kepada Anda semua, lihatlah persoalan ini dengan jernih. Janganlah menjadikan mahar sebagai sarana kebanggaan dan perlombaan. Mudahkanlah, semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala pun memudahkan anda semua.”

Nabi shalallahu akaihi wasallam bersabda:

   
اِنَّ أَعْظَمَ النِّكَاحِ بَرَكَةََ أيْسَرُهُ مُؤْنَةََ

    “Pernikahan yang paling besar berkahnya adalah yang paling ringan biayanya.”

NASEHAT HATI

oleh Qalesya Alya Faiz Nadira pada 11 November 2011 jam 22:40

Duhai hati..

Letih yang engkau rasakan selama ini mungkin tak sebanding dengan letihnya hati mereka dalam menapaki kehidupan ini. Di dalam keletihan itu, mereka memahami bahwa letihnya mereka akan membuat mereka menjadi orang-orang seperti yang dicitakan. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja engkau merasa letih tapi kau sudah merintih bagai seribu tahun kau mengalaminya.. Malulah pada mereka yang merasa letih tetapi mereka memaknai letihnya sebagai sesuatu yang dapat mengantarkannya pada sebuah kebahagiaan.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu letih? Bukankah akhir dari perjalanan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??


Duhai hati..

Lelah memang terus menerus hal-hal kurang mengenakkan itu menerpa hidupmu. Tetapi jika kau renungi kembali kisah di atas, perjuangan mereka tidak mengenal lelah. Setiap lelah menghinggapi mereka, mereka beristirahat dan kemudian bangkit berjuang kembali. Mereka paham kalau diamnya mereka tak dapat membuahkan hasil apapun bagi kehidupannya.

Mereka yakin perjuangan dan pengorbanannya selama ini, berlelah-lelahan, akan berbuah sebuah kebahagiaan yang tak dapat tergantikan nikmatnya. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja kau diberi cobaan dan ujian tapi kau sudah merasa lelah dan menyerah.. Malulah kau pada mereka yang tak punya apa-apa tapi mereka tetap istiqamah berjuang dan berkorban hingga cita-cita mereka tercapai.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu lelah? Bukankah akhir dari kelelahan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??

Duhai hati..

Sakit yang terus menyapamu selama ini adalah ujian dan cobaan dari Allah seberapa kokohnya engkau menjalani apa-apa yang engkau yakini atas-Nya. Dia ingin tahu seberapa seriuskah engkau dalam menapaki jalan kehidupan yang sudah Dia gariskan. Sakit yang Dia berikan adalah sebuah perhatian khusus-Nya kepadamu. Dia masih sayang kepadamu dengan memberikan ujian dan cobaan. Andai saja kau tak merasa diuji dan diberi cobaan, maka kau akan merasa aman-aman saja, padahal kau sedang berada di tepian jurang yang menganga lebar dan siap menerkammu kapan saja kau lengah..

Duhai hati..

Capeknya dirimu menghadapi segala permasalahan yang engkau temui di sekitarmu, itulah yang terus mengajarkanmu untuk dapat memahami sekelilingmu dengan lebih baik lagi. Di kananmu ada orang-orang yang engkau sayangi dan kasihi.

Di depanmu ada orang-orang yang engkau hormati. Di kirimu ada orang-orang yang engkau senantiasa bercengkerama dengannya. Di belakangmu ada orang-orang yang selalu mendukungmu dalam tiap doanya meski kau tak pernah tahu.
Duhai hati..

Seorang ustadz pernah menyampaikan, jika tak senang dengan sepatumu yang lusuh, ingatlah mereka yang tak berkaki namun tak mengeluh. Semoga kita selalu dapat mengingatnya duhai hati.. Seberapa letih, lelah, dan sakitnya engkau..

Masih ada orang-orang yang merasakan itu lebih dari kita tetapi mereka tetap tak mengeluh.. Ada saja cara mereka untuk menyemangati diri.. Ada saja sugesti untuk membuat diri mereka semangat.. Ada saja pemikiran positif yang mereka punya hingga mereka tetap bersemangat.. Ada saja cita-cita yang ingin mereka gapai hingga semangat itu tetap terpatri di dada mereka..

Duhai hati..
 Tetaplah istiqamah..
 Walau itu berat bagimu..
 Percayalah kau mampu menjalaninya..
 Asalkan kau selalu menyertai Allah dalam segala hal..
 Terpautnya kau duhai hatiku pada Sang Khalik..
 Akan membuatmu semakin cantik dan tangguh..
 Karena kau adalah mutiara di lautan..
 Yang akan terus terjaga sampai masa memisahkan..
 Duhai hati.. Tetaplah istiqamah..

Atas Nama Seorang Kakak

Dengarlah
Taman bunga kecilku..
Sejatinya langit pun akan bergemuruh 
Jika mengetahui kasih dan cinta 
Antara aku denganmu
Taman Bunga Kecilku..
Tahukah kau?
Betapa besar MAHA CINTA-NYA yang telah ia berikan untuk kita?
Sungguh sangatlah besar..
Dan aku tak dapat mengira
Karena tafsirku tak punya daya apa-apa
Taman Bunga kecilku
Telah ku pijaki sisa-sisa roman bahasa kalbuku
Agar kau mengerti arti hidup yang akan ku tuangkan secara sejajar
Taman bunga kecilku..
Dengarlah deretan kalimatku ini
Aku mencoba membingkai kehidupan rata-rata seorang kakak
Bagaimana bentuk kasih sayang dan cinta yang ia berikan kepada seorang adik 
Bagaimana ia melukiskan wujud cintanya kepada seorang adik yang akan ia jaga
Dan seperti apa ia memberikan nasihat dan mengungkapkan tutur kata yang lembut dari tingkahnya.

 

Dalam hatinya,tak ada seorang kakak yang akan menyakiti adiknya.Cobalah kita belajar dari kehidupan seorang kakak.Mereka rela menjadi petani,buruh,bahkan pekerjaan yang tidak seberapa penghasilannya hanya demi membiayai seorang adik yang kala itu masih meminta dekapan keluarga.Banyak kakak yang rela menepis keringat,menjatuhkan air mata untuk sang adik tercinta.Namun terkadang sebagai adik kita tak pernah menyadari semua itu.Ehmm..tak adil rasanya jika hanya membicarakan tokoh "adik"yang paling dominan menunjukkan kesalahan disini.Perlu juga di sadari bahwasanya seorang kakak tidaklah harus bertindak semena-mena kepada seorang adik yang di cintainya.Seorang kakak sejatinya haruslah bertindak sebagai seorang teladan dalam keluarga.Hal yang demikian di sebabkan karena seorang kakak lah yang paling dekat dengan para adiknya.


**Dan bagaimana seorang kakak memberikan cinta dan kasih sayang**

 Tak perlu dengan hadiah yang "menggiurkan" dompet,atau pun dengan hal yang cukup elegant dan mewah.Perlu di pikirkan juga,bahwasanya hadiah yang seperti itu hanya akan mendatangkan kenikmatan sesaat.Kenikmatan sesaat dapat di artikan sebagai sebuah pengajaran yang tidak baik kepada seorang adik.Bermewah-mewah dalam kehidupan dunia atau pun sejatinya yang bersifat menjerumuskan kepada kenikmatan dunia.Tetapi jujur,saya membenarkan bahwa hiduplah dengan hal yang sederhana.Tanpa sederhana manusia tak akan pernah menjadi rendah hati,tanpa sederhana manusia tak akan pernah merasakan nikmat tulus dan ikhlas.

"Biarkanlah harta tersebut terajut dengan indah nan sederhana.Tak perlu menonjolkan keutamaan nikmatnya.Namun,tonjolkanlah bagian-bagian cinta dan kasih pada saudara-saudarimu"..

Begitulah tertuliskan rasa cinta dan kasih yang bergemuruh
Ada rasa ingin memberi lebih
namun cukup..cukup hanya itu
Namun lain halnya
Jika hanya merogoh nasehat-nasehat madu alami
Saat memetiknya pun akan merasakan nikmat yang lebih
lebih
lebih
Dan lebih
Jika mampu menggunakan secara bijak
**Insya ALLAH**  :) 

(Insya ALLAH bersambung):) 

Minggu, 06 November 2011

Hanya Sekedar Kata

lagi senja ku tatap
Dalam sebutir roman bahasa kalbu
lagi kasih terperi
meredam asa
meredam amarah


Ini hanya bait kata
mungkin akan terbuang
terinjak
karena hanya sekedar kata



Sungguh banyak hal yang tak dapat teruntai
karena sulit mengakui misteri bahasa
Sungguh banyak kosakata yang tertinggal
karena ilmu masih seperdelapan dari aslinya


Hujan kembali turun
Bunga-bunga indah pun kembali meraup nikmat
Kepada Maha Cinta
kami sandarkan kembali perih
namun tak terperi
dalam petaka seribu terik


Jika mereka berkata
Biarkan saja daun menepi
Jangan hiraukan
Jika itu salah
di atas benih yang mereka tanamkan kesalahan
namun jangan jadikan salah
sebagai suatu keharusan salah
karena salah kadang bermuara kesalahpahaman
Sejatinya hal itu membedakan
Satu umat
namun beda tafsir nafsu


Wahai ummat..
Manakah hal yang akan kalian dustakan?
Sejatinya ia mengalir
Berhenti pada suatu titik
Namun kembali menorehkan fakta
Jelas sudah tertera
Lalu manakah lagi hal terperi yang akan kalian dustakan?

**Masya ALLAH**


Senin, 31 Oktober 2011

Bismillah Ini masih ukhuwah,bukan fisika,matematika,kimia atau pun biologi!

Di sini..
Aku menangis
Tersenyum
Dan bahagia
Mengadu kepada RABB Maha Cinta
ketika hati mulai bermetamorfosa
ketika sayap-sayap jiwa mulai melayang dalam aroma ukhuwah
Setiap kata yang tertulis
Dan saat jari-jari manis mulai bergairah
Alangkah indahnya terlantunkan nasehat cinta antara aku dengan saudari seiman
Ingin rasanya mengawali lisan untuk mewakili lantunan terima kasih untuk segalanya
Namun rasanya tidak sempat untuk menggambarkan bunga-bunga ukhuwah yang baru atau pun yang telah terjalin cukup lama

Ukhuwah itu cinta saudari seiman
bukan diatas warna-warni glamor
bukan transparan
tapi hitam
hitam
dan hitam saja
di sisi lentera menara putih
yah..sudikah kalian untuk membayangkannya?
Dan mereka bertanya"membayangkan apa?
membayangkan menara putih dipenuhi nasihat dan cinta
tidak berordo 3x3 seperti sebuah bahasan matriks
atau kah ingin sejajar dengan bahasan integral?
atau bahasan kimia dengan perubahan bilangan oksidasi  dalam ikatan ukhuwah termanis?
Rasanya tidak
Tentu tak sepadan
Karena ukhuwah ini adalah ikatan ilmu di padang kebenaran
Dan coba tersenyumlah

Lihatlah
Di langit..
sayap-sayap burung attar
menyampaikan kabar gembira tentang terjalinnya nasehat cinta antara aku dengan saudari seiman
Di hati..
Entah harus sampai kapan bisa menyembunyikan rasa yang terus bergemuruh tentang segala rasa yang tercinta
Seyogyanya aku tahu betapa besar nasihat cinta yang telah tertuliskan dalam setiap ketikan jari dan hati
karena aku merasakan..
yah merasakan betapa nikmatnya melukiskan bunga di "kamar yang minimalis'
Di ruang yang bukan khayalan modern
Dan di sudut damar maya
Di setiap goresan itulah beribu apresiasi tanda terima kasih dan doa
Dilayangkan dari dinding-dinding hati
Subhanallah..
berdecak kagum
dan  jelajah seantero rasa ini
Entah sampai kapan akan melekat ukhuwah ini
Semoga akan selamanya
selamanya sampai ruang yang terjauh berhenti menggemakan ungkapan hati

*note: Untuk saudari dan saudara seiman yang tak bosan untuk menasihati :)*

Minggu, 16 Oktober 2011

**Episode yg terlupakan**

    *Episode yang terlupakan*
 Langkahnya tertatih-tatih
Raut wajahnya sudah layu bagai daun yang kering
Ia tidur di penghujung jalan
Menatap sekeliling kota 
Namun seolah-olah hanya sebuah tatapan kosong


Kepada Ilahi 
Ia meminta sesuatu
Bibirnya bergetar menyebut Asma ALLAH
Lirih,hampir tak bersuara
Ia tepikan segala kepenatan di antara ruangan yang sengap
Ia terbaring pula dan mulai membekukan tawa
Hening
Sunyi senyap
Rupanya ia mencoba menatap sekeliling dengan seksama
Hampir bagai orang tak sadarkan diri
Yang masih di ingatnya hanyalah atap-atap langit kamarnya



Aduhai..mungkin bukan kamar 
Bukan pula ruangan
Namun hanya peristirahatan yang sangat buruk
Ia mencoba mengingat kembali
Seakan memutar memory 
Hendak mengembalikan kenangan lama


tik..tik..tik..tik..
saat itu hujan kembali mengguyur bumi
Berbincang kepada Angin
Dan berbisik kepada Ilalang
Seolah berkata "hati-hati..awas,air hujan ku terlalu banyak mengenaimu"
Namun tak terhiraukan
Hanya hening
Membisu
Lalu berakhir





Kamis, 11 Agustus 2011

Gersangnya bunga kehidupan(menyingkap jejak-jejak "manusia modern")


Bismillah..Assalamu'alaykum warohmatulloh sahabat fillah..sebelumnya saya sebagai admin memohon maaf karena tidak pernah posting entri terbaru.Namun,kali ini pembahasan insya ALLAH akan kami sajikan secara hangat dihadapan pembaca sekalian.Semoga engkau dan kami pun merasakan indahnya kenikmatan-kenikmatan yang teristimewa untuk para pejalin ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah yang mulia.

"sebagaimana kami pada hakikatnya adalah kalian namun bukan kesatuan yang satu pada jiwa"

sebaris kalimat diatas kami ibaratkan sebagaimana jalan pejuang para pejalin As-Sunnah akan tegak bersama "mereka" namun tak dapat menyatu sebagaimana mestinya.Karena "mereka" pun nampaknya sudah berabad lamanya meninggalkan syariat-syariat islam yang terdahulu sebelum peradaban ini.Saudara/i As-Salam,Adalah merupakan kabar bahagia bagi kami,jika suara-suara merdu nan syahdu terdengar langsung dilisan mereka namun tentu bukan hanya dibulan nan suci ini saja.Sebagaimana kami melihat hal yang tak pantas dari apa yang tak layak untuk tertampilkan.Jika ibaratnya kami dapat mengalokasikan sebuah perkara secara tepat mungkin perkara lainnya akan mencoba merumuskan jeda lalu bersua untuk menyelesaikannya.


>>Ketika "daun" pun meninggalkan bunga<<

Banyak hal yang akan membuat kami merasa "mereka"terlalu menyimpang dari syariat terdahulu.Ada kala batin pun tak bisa menepis jika istighfar selalu terlantun saat melewati dunia-dunia "manusia modern".Jika dapat memuji terlebih dahulu,mereka memang hebat saat tampil didunia persaingan ilmu.Berbagai macam topik dan bukti yang dapat disajikan kepada khalayak ramai untuk diserap dan ditimba kembali secara mendalam.Ya!mereka memang luar biasa saat membongkar perabotan atau pun mesin-mesin canggih.Hmm..dan lihatlah mereka lebih luar biasa saat mulai berpikir kritis atas perkara yang tengah terjalin diantara mereka.Namun,apa yang salah dari "mereka"?apa yang ganjal???Ialah adab,tingkah laku mereka dalam merealisasikan apa yang mereka ketahui.Mereka takabur,lupa akan keistimewaan yang diberikan oleh "Rabb Maha Cinta".Saudara/i As-Salam dan mari kita sambungkan kembali setiap runtutan dalam bahasan topik kali ini.
Selayaknya engkau,kami pun sama seperti mereka pada umumnya.Kadang khilaf atas pembicaraan yang tengah terjalin.Kami pun mencoba mengungkap jejak-jejak kesalahan dan menorehkan kembali pada kertas yang baru.

"Mungkin saja seseorang merasa terhimpit cobaan,karena tak sadar bahwa jalan keluar ada ditangan Sang Pencipta.Kala kesesakan semakin berat terasa,dan semua lingkaran terbuka,ia akan melihat apa yang tak pernah terbayang olehnya".

Dan dalam perkara sama pun kami temukan kiasan-kiasan yang men-simbolkan tentang perkara ini

"Ilmu adalah cahaya bagi hati nurani,kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat"
Sahabat fillah yang semoga tercurah rahmat oleh Rabb.Kami akan mulai kabarkan tentang apa yang hendak kami tulis lebih lanjut.Pada Ramadhan nan suci ini,hati kami pun mulai bergemuruh untuk menautkan hati pada ILAHI.Kami mencoba membendung memoar terdahulu dan kemudian menghapusnya sehingga otak kami pun akan berpikir lebih jernih dari yang sebelumnya.Inilah moment-moment nan haru serta membahagiakan yang selalu kami nantikan di sela-sela jalan yang penuh dengan onak duri..Karena engkau dan kami pun memiliki kesempatan nan luas yang terbentang dari setiap sudut nikmat dan syukur atas rahmat dan ridhoNYA.
Pernah kami singgung dalam sebuah catatan tentang adab terindah seorang muslim dan muslimah serta bagaimana hubungan antara masjid dan para pejalinnya.
Tersebutlah didaerah X yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kami.Ter-dapati sebuah masjid yang digunakan sebagai fungsi tak selayaknya oleh sebahagian masyarakat sekitar terutama kaula pemuda-pemudi yang entah tak tahu mengembara di ajaran mana.Awalnya ada semburat bahagia yang tersirat,saat senja telah terganti oleh malam dan saat adzan isya telah dikumandangkan suara-suara derap langkah kaki sang pejalin hendak memulai pelaksanaan ibadah nan mulia.Mereka pun mulai menginjakkan kaki pada halaman-halaman masjid nan agung.Namun tak begitu lama,masya ALLAH kami dapati beberapa pemuda-pemudi yang menjadikan sholat tarawih sebagai ajang untuk memuaskan syahwat.Secara sepintas,hati mulai bergemuruh seolah-olah ikut bersedih atas apa yang menimpa saudara/i yang ternodai
>>ketika “tempat ibadah”dijadikan sebagai “tempat nongkrong”
Tampak hati kami bersedih ketika mengetahui gelagat mesra dari sang pelaku.kata”mesra”mungkin hanya perumpamaan yang tepat ketika kami mengibaratkannya sebagai tempat pecandu para pujangga cinta.
“tertusuklah pada kami duri-duri nan tajam nan perih yang menggantikan cinta pada ILAHI”
Tentu saja pacaran adalah hal yang tertampak jelas dari gelagat sang pujangga.Menjadikan masjid sebagai “tempat nongkrong pemuda-pemudi”adalah daya tarik sendiri yang dianggap nikmat bagi sang pujangga.Tentu saja,puing-puing cinta pada ILAHI telah digantikan oleh cinta duniawi.Mereka pun terasa terpikat untuk lebih menjalin-kan fungsi berbeda.Bagaimana tidak??sang pujangga yang masih jomblo atau jomblowati melangsungkan niat ingin “menikmati dunia malam nan melenakan.Bahkan mereka lebih asyik sms-an ataupun bercanda dengan teman disamping daripada hendak beribadah untuk menghadap ILAHI.Masya ALLAH..suara-suara ketikan dari Hp nan mesra bak wanita dan pria yang menabuh dentuman rebana nan haram.Bagaimana hendak  mereka mendapat berkah serta rahmat dan ridhoNYA?sedangkan secara perlahan mereka menjadi pelaku dalam terbitnya siksa api yang membakar.Masya Allah..dan kinipun siapa yang akan disalahkan?entahlah,secara bijak kesadaranlah yang akan kami “tunjuk”.Masya ALLAH..Astaghfirullahhal’adzim..
Saudara/I As-salam sekalian,mari untuk melanjutkan dakwah yang tertunda karena sesungguhnya dakwah adalah laksana air yang mengalir, tidak boleh berhenti, dan tidak bisa dibendung.
Jazakumullahhu khayron..



 


Perbedaan Hacker & Cracker. Siapa yang baik, & Siapa yang jahat? by


Hacker !!!! siapakah dirimu? Memang sampai sekarang masih banyak orang yang salah mendefinisikan arti hacker dan cracker. Yah, sebagian besar orang mungkin menganggap hacker dan cracker adalah sama yaitu seorang kriminal karena banyak melakukan kejahatan di dunia cyber. Kalau kedua istilah itu punya arti yang sama, maka pasti ada yang salah dengan pendefinisian keduanya.

Lalu, dimana letak kesalahan dari pendefinisian kedua istilah yang kerap hinggap ditelinga kita ini? Apalagi semenjak ada kabar bahwa "KPU-online" dibobol oleh para "hacker" beberapa bulan kebelakang, atau bahkan baru-baru ini situs "POLRI" & "Lemhannas" juga dikabarkan telah dibobol oleh seorang hacker. Benarkah itu adalah pekerjaan seorang hacker? Atau pekerjaan seorang cracker?

Tulisan ini mencoba menjawab dua istilah yang tidak asing ditelinga kita tersebut dengan wacana seorang pembelajar murni. Artinya, saya bukan dari kedua golongan tadi. Walaupun pada akhirnya menjadi tertarik untuk sekedar tahu aktifitas mereka (para hacker & cracker) sebagai satu ilmu yang menarik dalam dunia IT beberapa tahun ini.


PERSOALAN DASAR

Hacker dalam tulisan Eric Steven Raymond adalah "there is a community, a shared culture, of expert programmers and networking wizards that its history back trough decades to the firs time-sharing minicomputers and the earliesr ARPAnet experiment"

Dengan kata lain, Raymon mengatakan, "the members of this culture originated the term 'hacker'". Para hackerlah yang kemudian memperkenalkan internet, membuat program sistem operasi UNIX hingga bisa digunakan saat ini. Dan para hacker pula lah yang telah berjasa dalam menjalankan World Wide Web (www) sehingga dapat dinikmati oleh semua orang di seluruh dunia di belahan manapun dia berada asal terkoneksi pada internet.

Lebih lanjut Raymon mengatakan "jika anda berada pada komunitas ini dan jika anda memiliki konstribusi didalamnya, dan kemudian orang mengenal anda sebagai hacker, maka anda adalah seorang hacker".

Sekilas dari pandangan Raymon kita dapat satu definisi bahwa seorang hacker bukanlah orang yang jahat seperti yang kita pikirkan selama ini. Ya, jika mereka memang bisa masuk kedalam komputer kita (malalui jaringan internet) karena mereka bisa menguasai ilmunya. Namun jika ada orang yang kemudian masuk secara ilegal kedalam komputer kita dan kemudian "mencuri dan mengacak-ngacak" data kita, mereka adalah CRACKER. Dan bisa jadi mereka adalah seorang hacker dalam dunia yang berbeda. Dengan kata lain, mereka semua adalah para ahli dalam hal teknologi informasi ini dan berkecimpung serius didalamnya.

Namun untuk menghindari kerancuan, maka sebuah kata kunci dalam masalah ini, menurut Raymon adalah perbedaan antara keduanya; seorang Hacker adalah dia yang membangun sistem, sementara seorang Cracker malah "menghancurkannya". (How to become a hacker, Eric S. Raymond, 2001).

Kapan istilah hacker menjadi trend sebagai sebuah kejahatan yang menakutkan? Tidak lain karena "dosa" pakar film di hollywood yang membiaskan istilah hacker dan cracker ini. Banyak film yang mengangkat tema hacker dalam sebuah bentuk "penghancuran sistem informasi" yang seharusnya makna itu diterapkan pada seorang cracker.

Sebut misalnya film The Net (1995), Take Down (1999). Film tersebut mengangkat tema hacker untuk menyebut cracker.

Dan dari kesalah penafsiran tadi, hingga kini pun istilah hacker masih dibiaskan dengan istilah cracker. Kerancuan itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di luar negeripun pandangan terhadap keduanya sama seperti itu.

Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad club di Lab Kecerdasan Artifisial Masschusetts Institute Of Teknology (MIT). Istilah hacker awalnya bermakna positif untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer dengan lebih baik ketimbang yang ada sebelumnya (Memahami karakteristik Komunitas Hacker: Studi Kasus pada Komunitas Hacker Indonesia, Donny B.U, M.Si)


MENJADI HACKER

Mungkin sekilas tentang definisi di atas cukup untuk membatasi sejauh mana peranan seorang hacker dan cracker itu. Tulisan ini tidak akan mengangkat sejarah hacker dan awal mula kerancuannya. Namun lebih menitik beratkan pada bagaimana seandainya kita belajar menjadi hacker. Atau lebih spesifik, bisakah kita menjadi seorang hacker?

Dalam tulisan How to Become a Hacker, Eric Steven Raymon mengatakan bahwa menjadi hacker tidaklah segampang yang dikira. Langkah awal untuk menjadi seorang hacker haruslah menguasai minimal 5 bahasa pemrograman yang ada. Ia menyebut bahasa pemrograman C/C++, Java, Perl, Phyton & LISP. Selain itu mampu berinteraksi dengan program HTML untuk dapat membangun komunikasi dengan jaringan internet. Semua dasar diatas adalah ilmu yang "wajib" dimiliki jika kita memang berminat untuk menjadi seorang hacker sejati. Karena pada dasarnya menjadi Hacker adalah penguasaan terhadap membaca dan menulis kode.

Kenapa kode? Karena memang komputer yang kita jalankan setiap hari pada intinya adalah terdiri dari berbagai kode instruksi yang cukup rumit.

Selain penguasaan terhadap bahasa pemrograman diatas, kita pun harus punya bekal yang cukup dalam berbahasa inggris untuk dapat saling bertukar pikiran dengan komunitas hacker dari seluruh dunia. Ini tidak dilarang karena pada umumnya, mereka (anggota komunitas tersebut) memiliki kode etik tersendiri tentang open-source atau kode-kode program yang boleh dibuka dan diutak atik oleh orang lain. Contoh, kode-kode Linux yang marak di perkenalkan baru-baru ini memiliki konsep open source dan karenanya bisa dimiliki oleh khalayak ramai dengan sebutan free software.

Kembali pada persoalan diatas, menjadi seorang hacker untuk tujuan saling berbagi ilmu dalam teknologi informasi ini, atau dalam arti yang lebih luas untuk memudahkan pemakai komputer pada masa yang akan datang, bukanlah hal harus ditakuti. Sebaliknya, ilmu tersebut harus diterjemahkan dan sama-sama digali sehingga menjadi bagian terintegral dalam memahami lika-liku dunia cyber. Asal saja kita tidak terjebak pada prilaku yang negatif sehingga menjadi seorang cracker yang membobol sitem rahasia orang lain.


PERBEDAAN HACKER DAN CRACKER

a) HACKER
  1. Mempunyai kemampuan menganalisa kelemahan suatu sistem atau situs. Sebagai contoh : jika seorang hacker mencoba menguji situs Yahoo! dipastikan isi situs tersebut tak akan berantakan dan mengganggu yang lain. Biasanya hacker melaporkan kejadian ini untuk diperbaiki menjadi sempurna.
  2. Hacker mempunyai etika serta kreatif dalam merancang suatu program yang berguna bagi siapa saja.
  3. Seorang Hacker tidak pelit membagi ilmunya kepada orang-orang yang serius atas nama ilmu pengetahuan dan kebaikan.

b) CRACKER
  1. Mampu membuat suatu program bagi kepentingan dirinya sendiri dan bersifat destruktif atau merusak dan menjadikannya suatu keuntungan. Sebagian contoh : Virus, Pencurian Kartu Kredit, Kode *****, Pembobolan Rekening Bank, Pencurian Password E-mail/Web Server.
  2. Kasus yang paling sering ialah Carding yaitu Pencurian Kartu Kredit, kemudian pembobolan situs dan mengubah segala isinya menjadi berantakan. Sebagai contoh : Yahoo! pernah mengalami kejadian seperti ini sehingga tidak bisa diakses dalam waktu yang lama, kasus clickBCA.com yang paling hangat dibicarakan tahun 2001 lalu.

Sudah jelas yang sebenarnya orang jahat itu adalah cracker bukan hacker seperti kebanyakan pendapat orang.

Di sisi ini menarik untuk di simak, satu sisi, kita butuh teknologi canggih yang kerap bermunculan dalam hitungan detik, sisi lain ada kekhawatiran takut terjebak pada pola "nyeleneh" yang berakibat patal. Namun demikian, sebagai satu sikap, kita berpijak pada satu kesepakatan, bahwa mempelajari bahasa-bahasa yang ditawarkan oleh Eric Steven Raymon diatas, adalah hal yang baik. Karena dengan mempelajarinya, kita minimal dapat mendapat solusi untuk membuat program yang berguna bagi orang lain. Dan jika ini dilakukan, percayalah, anda adalah seorang hacker.


Jumat, 08 Juli 2011

Risalah Terbuka untuk Penulis Artikel"Surat sayang dari Allah Subhanahu wata'ala


>>Risalah Terbuka untuk Penulis Artikel “Surat Sayang dari Allah Subhanahu wata'ala” (Catatan Akhir pekan ‘Part 9’)<<
copas dari:Abdullah Akiera Van As-samawiey pada 08 Juli 2011 jam 9:10

إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله

{يا أيّها الذين آمنوا اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}

{يا أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ رَقِيباً }

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}

أما بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد r وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار


Kepada saudara Penulis artikel “Surat Sayang dari Allah SWT” yang kami hormati, kami telah membaca tulisan singkat Anda yang Anda judulkan dengan sebuah kalimat “Surat Sayang dari Allah SWT.”

Kami membacanya sekitar setahun yang lalu di note/catatan pada sebuah akun Facebook. Pada saat itu juga kami berniat untuk memberikan sebuah tanggapan. Kami terlupa menyimpan catatan tersebut dan ide penulisan tanggapan yang kami maksud baru bisa kami realisasikan saat ini.

Setelah menelusurinya via Google, kami kembali menemukan tulisan Anda pada sebuah blog namun kami tidak mampu menelusuri tentang Anda sebagai penulis karena pada tulisan itu memang tidak dicantumkan nama penulis. Pada catatan-catatan yang tersebar, yang ada hanyalah nama-nama pemilik akun baik facebook atau blog yang ikut menyebarkannya.

Tulisan Anda telah menyebar di blog, email dan facebook, seperti yang kami ketahui. Awalnya, kami benar-benar berniat mengirim tanggapan kepada Anda saja sebagai penulis secara ‘empat mata’ dan bukan mempublikasikan seperti ini.

Namun, ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan kami menulis tanggapan terbuka ini dan memilih untuk mempublikasikannya.

Pertama, ketiadakpastian tentang siapa Anda sebagai penulis karena nama Anda tidak dicantumkan dalam tulisan tersebut. Hal ini menyebabkan kami tak tahu harus ditujukan kepada siapa.

Kedua, mengingat banyak pihak yang telah membaca tulisan Anda dan memberikan tanggapan yang beragam, dan lebih-lebih catatan Anda erat hubungan dengan tauhid Asma’ (Nama) dan Shifat (sifat) Allah ‘azza wajalla yang wajib diketahui seorang muslim dan muslimah.

Ketiga, dengan mempublikasikannya, kami berharap agar para pembaca dan penulis lain tidak menjadikan anda sebagai “teladan” dalam menulis dengan menggunakan ritme dan gaya penulisan seperti apa yang anda lakukan, karena tulisan anda, seperti hasil penelusuran ilmiah kami, merupakan racun akidah yang mampu menipiskan tauhid kaum muslimin.



Saudara Penulis yang kami hormati.

Catatan yang kami susun ini akan berisi tanggapan-tanggapan ilmiah terhadap keseluruhan artikel singkat Anda. Sebelum itu, perlu kiranya kami tampilkan kembali artikel Anda yang kami temui dalam sebuah website (http://nurudin.jauhari.net/surat-sayang-dari-allah-subhanahu wata'ala.jsp) dan kami pun menampilkanya tanpa ada perubahan. 

***
Surat Sayang Dari ALLAH SWT 

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin……

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja ……. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk ……
Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU Melihat engkau menggeerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.
Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu.

Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya ……. masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU……
Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU, kau sebut. Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu.

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do’a, pikiran atau syukur dari hatimu.

Keesokan harinya …… engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU …….Tapi yang?? KU tunggu …….. tak kunjung tiba ……tak juga kau menyapaKU.

Subuh …….. Dzuhur ……. Ashyar ………. Magrib ……… Isya dan Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU ….. tak ada sepatah kata, tak ada seucap do’a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU……….

Apa salahKU padamu …… wahai UmmatKU????? Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KU berikan, harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan, anak-anak yang KUrahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU …………!!!!!!!

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, bersujud menghadap KU …… Yang selalu menyertaimu setiap saat ……..

Note: apakah kita memiliki cukup waktu untuk mengirimkan surat ini kepada orang2 yang kita sayangi??? Untuk mengingatkan mereka bahwa segala apapun yang kita terima hingga saat ini, datangnya hanya dari ALLAH semata.

dari email mas Miko WIjanarko
***

Saudara Penulis yang kami hormati, membaca tulisan Anda, kami menemukan beberapa pelanggaran syar’i terhadap sifat Allah seperti apa yang saudara paparkan dalam banyak kalimat.

Anda menulis seluruh paragraf yang mengungkapkan bahwa semua yang Anda tulis tersebut adalah ucapan/perkataan dari Allah. Anda mencoba mengolah kata-kata kemudian menampilkannya sebagai surat yang datang dari Allah. Dalam tulisan Anda di atas, Anda berusaha meraba dengan akal lalu berimajinasi tentang ‘apa-apa yang sedang Allah lakukan’ dalam versi atau pandangan Anda.

Pada tahap ini yaitu tahap puncak dalam proses berpikir sebelum atau sedang menulis, Anda terjatuh dalam beberapa pelanggaran kode etik terhadap tauhid Asma’ wa Shifat. Diantaranya, seperti yang bisa kami tangkap, adalah:

(1) adanya unsur fiktif terhadap kalam/perkataan/ucapan Allah,

(2) memposisikan diri sebagai Rabb (menaikkan manusia pada level ketuhanan) atau memposisikan Rabb sebagai diri Anda (menjadikan Allah pada level kemanusiaan) yang mengindikasikan paham Wihdatul Wujud,

(3) penyamaan antara sifat Allah dan sifat makhluk,

(4) penggunaan akal dalam memahami dzat dan sifat Allah,

(5) berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan 

(6) berdusta atas nama Allah.

Meninjau dari perspektif (sudut pandang) Alqur’an dan As-sunnah berdasarkan manhaj Ahlussunnah Waljama’ah, enam pelanggaran itulah yang akan kami bicarakan dalam paragraf-paragraf selanjutnya. Insya Allah.


ADANYA UNSUR FIKTIF TERHADAP KALAM/PERKATAAN/UCAPAN ALLAH

Dengan menggunakan akal dan pikiran, seperti yang kami sebutkan, sekali lagi, Anda mencoba berimajinasi dan meraba tentang kegiatan manusia dan memposisikan cara pandang Anda sebagai Allah dan dengan kata “AKU” sebagai sudut pandang pertama. Dengan gaya narasi, Anda telah memfiktifkan dan menyifati dzat Allah seperti sifat manusia pada umumnya. Maha suci Allah dari apa yang Anda paparkan.

Anda menulis dengan redaksi kalimat:     
Saat kau bangun pagi hari, AKU memAndangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin ……”  Dan seterusnya.

Mari kita kaji hal ini dari perspektif dan timbangan Al-qur’an dan As-sunnah sesuai dengan metode yang telah dipaparkan secara mendetail oleh Ahlussunnah wal Jama’ah.

Ahlussunnah menetapkan nama dan sifat Allah berdasarkan apa-apa yang telah Allah tetapkan sendiri tentang diri-Nya baik dalam Al-qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam kitab Mukhtashar Sabiili Al-Huda wa Ar-Rasyad fie Bayaani Haqiqati Tauhiidi Rabbi Al-‘Ibaad, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al-khumais menyebutkan dan memaparkan enam metode dalam penetapan Asma’ dan Sifat Allah.

Kami melihat bahwa artikel Anda benar-benar telah bertolak belakang dengan metode yang beliau maksud. Terutama metode kedua, yaitu:

أن أسماء الله عز وجل وصفاته كلها عندهم توقيفية
“Semua nama dan sifat Allah dalam konsensus Salafusshalih bersifat tauqifiyyah (berdasarkan wahyu -ed).”[1]

Beliau, penulis kitab tersebut, setelah mengutip dua buah ucapan ulama, berkata:

وذلك لأن الاٍيمان بصفات الله وأسمائه من الاٍيمان بالغيب, ولا يمكن معرفة الغيب إلا عن طريق الرسل الذين يبلغون وحي الله.

“Demikianlah karena keimanan terhadap Asma dan sifat Allah adalah keimanan terhadap perkara ghaib dan tidak mungkin mengetaui perkara ghaib kecuali dengan metode para Rasul yang menyampaikan wahyu allah.”[2]

Silahkan bagi siapapun yang ingin menulusuri metode para Rasul, sahabat dan Imam-imam kuam muslimin maka tak akan ditemukan diantara mereka yang memfiktifkan ucapan Allah dan Rasul-Nya seperti apa yang Anda tuliskan.

Seorang muslim tidak akan mensifati Allah dengan sesuatu yang fiktif dan tidak pula mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak Allah sebutkan dalam Al-Qur’an maupun berita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Masih dalam kitab yang kami sebutkan sebelumnya, kami dapati perkataan emas Syaikh Abdurrahman bin Qasim:

لاينبغي لأحد أن  يصف الله إلا بما وصف الله به نفسه أو وصف به رسو له في القرآن

“Tak sepantasnya bagi seorangpun mensifati Allah kecuali dengan apa-apa yang Allah sifatkan bagi diri-Nya atau yang Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam sifatkan dalam Al-qur’an.”[3]

Bahkan imam-imam kaum muslimin telah bersepakat bahwa sifat Allah harus berdasarkan wahyu.

Sajzii berkata:

 قد اتفقت الأئمة على أن الصفات لا تؤخذ إلا توقيف وكذلك شرحها لايجوز إلا بتوقيف. . .ولا يجوز أن يوصف الله سبحانه إلا بما وصف به نفسه أو وصفه به رسوله

“para imam telah sepakat bahwa sifat Allah tidak disarikan/ditetapkan kecuali dengan tauqifiyyah (berlandaskan wahyu). Begitu juga  penjelasan tentang makna sifat Allah tersebut tidak boleh [ditetapkan] kecuali dengan tauqifiyyah. Tidak boleh pula mensifati Allah kecuali dengan apa-apa yang Allah sifatkan bagi diri-Nya atau dan yang disifatkan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam.”[4]

Dari keterangan para ahli ilmu di atas, seperti yang kami paparkan, maka jelaslah bahwa seorang muslim tidak dibenarkan memfiktifkan tentang dzat dan sifat Allah Yang Maha Agung, apalagi menerka-nerka dan memaksakan akal untuk melukiskannya dengan pena.

Saudara Penulis yang kami hormati, apakah Allah, dalam Alqur’an atau hadits qudsi, pernah mensifati diri-Nya dengan mengucapkan:

AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru..”  Dan seterusnya seperti apa yang Anda tuliskan?

Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam hadits-haditsnya juga pernah bersabda bahwa Allah pernah mengatakan:

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do’a, pikiran atau syukur dari hatimu.”  Dan seterusnya seperti apa yang Anda tuliskan?

Tentu saja kami dan Anda akan menjawab “tidak”. Maka dalam ini, kami melihat Anda telah begitu berani memfiktifkan tentang Allah, Rabb kita yang mulia, yaitu dengan cara mengabarkan ucapan/kalimat yang Allah dan Rasul-Nya TIDAK kabarkan baik dalam kitab yang mulia maupun As-sunnah.


MEMPOSISIKAN DIRI SEBAGAI RABB (MENAIKKAN MANUSIA PADA LEVEL KETUHANAN) ATAU MEMPOSISIKAN RABB SEBAGAI DIRI ANDA (MENJADIKAN ALLAH PADA LEVEL KEMANUSIAAN) YANG MENGINDIKASIKAN PAHAM WIHDATUL WUJUD

Saudara penulis yang kami hormati, seperti yang anda pahami, dalam menulis sebuah karangan apalagi bersifat fiktif, para penulis akan berkhayal kemudian khayalan tersebut diolah dan diramu dengan baik berdasarkan ide-ide, pengalaman penulis sendiri dan pengalaman orang lain, kemudian memilih kata-kata yang dianggap serasi satu sama lain.
Saat memaparkan tentang si fulan, misalnya, para penulis akan menuliskan keadaan, sifat, segala gerak-gerik dan kegiatan harian si fulan, minimal akan didasari pengalaman penulis. Ini adalah ‘rahasia’ para penulis yang tidak bisa disangkal.

Ketika para penulis mengalami pengalaman yang berkesan baik bersifat menyenangkan maupun menyedihkan maka dalam membuat kisah fiktif setidaknya mereka akan melakukan berbagai ekplorasi, antara lain:

(1) mentransformasikan pengalaman tersebut atau pengalaman orang lain sebagai alur kisah tokoh utama atau tokoh-tokoh lain dalam tulisannya,

(2) mentranformasikan tokoh utama atau tokoh lainnya sebagai diri penulis sendiri, dan/atau

(3)  mentransformasikan diri penulis sebagai tokoh utama atau tokoh lain.

Proses transformasi inilah yang anda lakoni ketika menulis kisah fiktif “Surat Sayang dari Allah SWT.” Dalam menulis artikel tersebut, semua kata kerja yang Anda sandarkan untuk Allah sejatinya adalah kata kerja yang merupakan inisiatif pikiran Anda sendiri. Dalam hal ini, Andalah yang melakukan ekspresi dari kata kerja itu sendiri. Dengan kata lain, semua kata kerja tersebut merupakan ekspresi dari apa yang Anda lakukan.

Cobalah Anda perhatikan kalimat-kalimat yang anda pilih, salah satunya,

AKU Melihat engkau menggeerakkan kakimu.”

Dalam kalimat tersebut, Anda membayangkan diri sedang melihat gerakan kaki seseorang. Kata “Aku” tersebut sebenarnya diri Anda sendiri. Sejatinya itu adalah ekspresi penglihatan Anda. Pada tahap penulisan dan berpikir inilah Anda sedang memposisikan Rabb Allah sebagai diri Anda sendiri dengan memberikan kesan bahwa kata “AKU” adalah Allah. Dengan kata lain, Anda telah memindahkan derajat ketuhanan kepada derajat kemanusiaan.

Kedua, sekiranya anda merasa tidak seperti apa yang kami paparkan di atas, maka Anda  terjebak dalam kesalahan yang berbeda namun serumpun dengan paragrap di atas sebelumnya, yaitu  Memposisikan diri sebagai Rabb. Dengan kata lain, sebagai manusia, Anda menaikkan diri anda hingga level ketuhanan. Ini yang tak kalah berbahaya. Saat menulis, anda begitu berani, entah sadar atau tidak, memposisikan diri sebagai Rabb yang berusaha menyadarkan manusia dengan kalimat-kalimat fiktif yang Anda pilih.

Sebagai contoh, ketika ada seorang si fulan yang menyampaikan pesan raja kepada para prajurit dengan berkata: “aku (raja -ed) melihat kalian di taman”  padahal sang raja tidak pernah berucap demikian maka terbesit dalam benak dan pikiran si fulan tersebut, entah sadar atau tidak, ia sedang menjadi raja karena telah mengambil alih posisi sang raja dalam/melalui sebuah ucapan dusta tesebut.

Sekiranya Anda tak “mengakui” argument yang pertama pada sub judul ini maka proses pengambilalihan derajat inilah yang sedang anda lakoni walaupun hanya terjadi sedetik saja dalam menulis kalimat-kalimat yang kami anggap sensitif dan vulgar tentang Allah.

Saudara penulis yang kami hormati,

Kami melihat bahwa langkah-langkah Anda begitu berbahaya karena bisa mengarah pada paham Wihdatul Wujud. Indikasi-indikasi yang telah kami paparkan mengarah kepada paham tersebut, entah anda memahami dengan baik dan mendetail hakikat paham tersebut atau tidak.

Agar lebih memahami tentang hakikat wihdatul wujud, berikut kami sebutkan dua sekte dalam ajaran Tasawwuf, salah satunya tentang paham widatul wujud itu sendiri[5].

Pertama, sekte Al Hulul.

Sekte ini berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla bisa bertempat/menitis dalam diri manusia –Maha Suci Allah ‘Azza wa Jalla dari sifat ini-. Keyakinan ini diserukan oleh beberapa tokoh-tokoh ekstrem ahli Tasawuf, seperti Hasan bin Manshur Al Hallaj. Para Ulama memfatwakan kafirnya orang ini dan dia harus dihukum mati. Dia dibunuh dan disalib –Alhamdulillah ‘Azza wa Jalla - pada tahun 309 H. Dan di dalam Sya’ir yang dinisbatkan kepadanya dia berkata[6]:


Maha suci (Allah ‘Azza wa Jalla ) yang Nasut (unsur/sifat kemanusiaan)-Nya telah menampakkan rahasia cahaya Lahut (unsur/sifat ketuhanan)-Nya yang menembus

Lalu Tampaklah Dia dengan jelas pada (diri) makhluk-Nya

dalam bentuk seorang yang sedang makan dan sedang minum
Hingga (sangat jelas) Dia terlihat oleh makhluk-Nya
seperti (jelasnya) pandangan alis mata dengan alis mata


Dalam sya’ir lain[7]  -Maha Suci Allah ‘Azza wa Jalla dari sifat-sifat kotor yang mereka sebutkan-) dia berkata:


Aku adalah yang mencintai dan yang mencintai adalah aku

kami adalah dua ruh yang bertempat di dalam satu jasad

Maka jika kamu melihatku (berarti) kamu melihat Dia
Dan jika kamu melihat Dia (berarti) kamu melihat kami


Memang Al Hallaj -seorang tokoh besar dan populer di kalangan orang-orang ahli tasawuf ini- adalah penganut sekte Al Hulul, dia meyakini dualisme hakikat ketuhanan dan beranggapan bahwa Al Ilah (Allah ‘Azza wa Jalla ) memiliki dua tabiat yaitu: Al Lahut (unsur/sifat ketuhanan) dan An Nasut (unsur/sifat kemanusiaan/kemakhlukan), yang kemudian Al Lahut menitis ke dalam An Nasut, maka ruh manusia –menurut Al Hallaj- adalah Al Lahut ketuhanan yang sebenarnya dan badan manusia itu adalah An Nasut.

Kedua, sekte Wihdatul Wujud.

Sekte ini berkeyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/penampakan Zat Ilahi (Allah ‘Azza wa Jalla ) – maha suci Allah ‘Azza wa Jalla dari segala keyakinan kotor mereka-. Dedengkot sekte ini adalah Ibnu ‘Arabi Al Hatimi Ath Thai.[8]

Dalam kitabnya Al Futuhat Al Makkiyah[9] dia menyatakan keyakinan kufur ini dengan ucapannya:


Hamba adalah tuhan dan tuhan adalah hamba

duhai gerangan, siapakah yang diberi tugas (melaksanakan syariat)?

Jika kau katakan: hamba, maka dia adalah tuhan
Atau kau katakan: tuhan, maka mana mungkin tuhan diberi tugas?!

Dan dalam kitabnya yang lain Fushushul Hikam[10] dia ngelindur: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembah anak sapi, tidak lain yang mereka sembah kecuali Allah.”

Maha Suci Allah dari apa yang mereka katakan.




PENYAMAAN ANTARA SIFAT ALLAH DENGAN SIFAT MAKHLUK

Terlihat begitu kental aroma penyamaan ini walaupun sekiranya Anda akan menolak dengan berkata: “Saya tak berniat melakukan penyamaan.” Hanya saja, pena Anda telah menyemburkan tintanya dan menuliskan kalimat-kalimat dengan nada menyamakan.

Anda menulis yang seolah-olah ucapan dari Allah:

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin……

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja……. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk……” Dan seterusnya.

Kami dan pembaca-pembaca yang lain tentu saja dengan mudah memberikan tanggapan bahwa tulisan Anda di atas sama seperti ucapan manusia biasa dan Allah lah menjadi pemeran utama dalam “cerpen” Anda. Tak ada bedanya dengan cerpen-cerpen, roman, atau novel-novel yang bertebaran di tanah air pada umumnya.

Kalimat AKU memandangmu dan berharap”, “AKU tahu”, “AKU kembali menanti”, “AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri”, dan kalimat-kalimat lain yang masih banyak lagi merupakan penyamaan sifat Allah dengan kesehariaan rutinitas manusia sebagai makhluk. Benar bahwa Allah Maha Melihat tapi berbeda dengan penglihatan manusia. Allah Maha Melihat dengan keagungan-Nya. Di sinilah Anda menyamakan proses penglihatan Allah dengan penglihatan manusia.

Kami yakin bahwa Anda memahami dengan baik bahwa:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”[11]

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-fauzan berkata tentang ayat di atas dalam kitab beliau Syarhu Al-aqiidah Al-washithiyyah:

 [ليس كمثله شيء] رد على الممثلة

kalimat [ليس كمثله شيء] adalah bantahan terhadap orang-orang yang menyerupakan (Allah dengan makhluk-Nya).”[12]

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya, serta Allah tidak dapat diqiaskan dengan makhluk-Nya.[13] 


PENGGUNAAN AKAL DALAM MEMAHAMI DZAT DAN SIFAT ALLAH

Saudara Penulis yang kami hormati.

Seperti Anda, kami pun seorang penulis yang telah melalui tahap-tahap tertentu dalam sebuah penulisan baik penulisan artikel maupun naskah buku dan sejenisnya. Pada umumnya, seorang penulis akan melalui proses berpikir dan perenungan sambil mengaitkan ide-ide yang menari dalam pikiran. Dalam proses berpikir inilah adanya peran akal yang terbimbing oleh literatur-literatur yang keilmiahannya berhubungan dengan keilmuan syariat atau bidang keduniaan.

Membaca artikel singkat Anda, sulit bagi kami untuk mengklasifikasikannya ke dalam tulisan yang ilmiah atau berhubungan dengan literatur-literatur tertentu baik bidang keilmuan dunia apalagi bidang keilmuan syar’i. Seperti apa yang kami ungkapkan sebelumnya, kami lebih nyaman menyebutnya sebagai cerpen. Iya benar. Sebuah cerita pendek yang bersifat fiktif, rekaan dan pemaksaan alur.

Apakah cerpen Anda dikatakan berlandaskan wahyu? Tentu saja tidak karena wahyu (Alqur’an dan Hadits) tak akan menyamakan Allah dengan sifat makhluk. Maka dalam cerpen Anda ini akal Anda lah yang bermain cantik.

Apakah akal benar-benar terlarang dalam hal ini? Tentu saja tidak namun akal yang digunakan untuk meraba dunia ghaib termasuk tentang dzat dan sifat Allah sehingga ‘menabrak’ kode etik syar’i lah yang terlarang.

Dengan akal, Anda berusaha meraba ruang dimensi ghaib tentang dzat dan sifat Allah sehingga Anda begitu percaya diri menampilkan ‘pebuatan’ Allah, seolah-olah seperti kebiasaan manusia pada umumnya. Lihatlah banyak kalimat yang Anda pilih sebagai redaksi artikel:

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja……. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk……” Dan seterusnya.

Dengan akal, Anda begitu berani memberikan banyak ‘kata kerja’ bagi Allah, pada kata yang kami cetak tebal. Kata kerja ini dan yang lainnya seperti kata kerja pada manusia umumnya padahal Allah sendiri tidak mengabarkan demikian.
Begitu lihai akal Anda bermain dan meraba alam ghaib sehingga Anda pun berijtihad untuk menaburkan banyak kata kerja yang Anda sandarkan kepada Allah, seolah-olah Allah itu seperti apa yang Anda lukiskan.

Perlu diketahui bahwa salah satu kekhususan dan ciri khas Aqidah Islam, seperti yang disebutkan oleh DR. Abdullah  bin Abdul Aziz al-Jibrin dalam kitab beliau Tahdzib Tashil al-‘Aqidah al-Islamiyyah bahwa aqidah Islam bersifat ghaib.[14]

Ghaib adalah sesuatu sesuatu yang berada di luar jangkauan indera. Oleh karena itu, pendengaran, penglihatan, sentuhan, penciuman, dan rasa tak mampu melampaui alam ghaib. Berdasarkan definisi ini, semua urusan dan berbagai masalah aqidah Islam yang wajib diimani dan diyakini seorang hamba, termasuk tentang dzat dan sifat Allah, bersifat ghaib.[15]

Saudara Penulis yang kami hormati,

Allah menjadikan akal itu memiliki batas-batas yang tidak dapat dilampauinya. Akal pula tidak dapat mengetahui segala sesuatu yang dikehendaki pemiliknya. Pengetahuan akal itu terbatas namun pengetahuan Allah tak terbatas dan Allah mengetahui segalanya baik yang telah, sedang dan akan terjadi.[16]

Berdasarkan uraian di atas, akal tidak bisa dijadikan pijakan dalam menetapkan aqidah (dalam hal yang kita bicarakan ini adalah pembicaraan tentang dzat dan sifat Allah) yang tidak ada ruang ijtihad di dalamnya.[17]

Aqidah yang benar harus berupa keyakinan yang kuat, maka sumber-sumbernya diyakini kebenarannya secara pasti dan sumber ini tidak ditemukan kecuali dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang shahih.[18]

Menutup bagian ini, berikut ucapan DR. Abdullah  bin Abdul Aziz al-Jibrin:

“Maka dari itu, semua sumber aqidah yang bersifat praduga, seperti qiyas dan akal manusia, tidak sah dijadikan sebagai landasan aqidah. Barang siapa yang menjadikannya sebagai sumber aqidah maka ia telah kehilangan aspek kebenaran dan  telah menjadikan aqidah sebagai ruang ijtihad yang bisa dan juga bisa benar.”[19]


BERBICARA TENTANG ALLAH TANPA ILMU

Pembicaraan tentang Allah tanpa ilmu termasuk pembicaraan yang tidak beradab dan beretika. Tentu saja mengabarkan tentang Allah sesuatu yang memang tidak Allah kabarkan atau katakan, kami kategorikan sebagai pembicaraan tanpa ilmu lagi dusta.

Saudara Penulis yang kami hormati.

Lebih dari itu pula, kami benar-benar geram dengan beberapa redaksi kalimat yang Anda pilih dalam menyifati tentang Allah.

Dalam artikel Anda, Allah ‘berkata’ dalam versi Anda:

AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman."                  

Cobalah Anda cermati kembali kata “berpikir” dalam kalimat Anda tersebut. Kami menemukan dua makna dari kata “berpikir.”

Pertama, kata “berpikir”, jika belum bergandeng dengan kalimat lain, bermakna “berpikir” itu sendiri tanpa mengalami transformasi makna menuju istilah lain. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “berpikir” bermakna (1) menggunakan akal budi untuk menimbang dan memutuskan sesuatu dan (2) menimbang-nimbang dalam ingatan.[20]

Apakah Allah Yang Maha Agung nan Mulia harus berpikir terlebih dahulu dalam menciptakan langit dan bumi? Apakah Allah Yang Maha Agung nan Pemberi Rizki harus berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan membagikan rizki kepada seluruh makhluk? Apakah Allah Yang Maha Bijaksana harus berpikir terlebih dahulu dalam menurunkan agama Islam? Apakah Allah Yang Maha Perkasa harus berpikir terlebih dahulu dalam menurunkan hujan? Apakah Allah Yang Maha Mendengar harus berpikir dahulu dalam menciptakan makhluk? Sungguh Maha Suci Allah dari apa yang Anda lontarkan.

Kedua, kata “berpikir” dalam kalimat yang Anda luncurkan lewat pena Anda, bermakna menduga, mengira-mengira, menerka karena tidak tahu apa yang akan terjadi.

Dalam kalimat Anda tersebut, Allah berpikir (menduga/mengira/menerka) bahwa manusia yang Allah ajak berbincang lewat surat Anda akan mengajak Allah berbicara namun dia malah berlari ke telephon dan menghubungi seorang temannya.

AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman.”

Menurut Anda, apakah Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang sehingga Allah harus menerka-nerka seperti Anda menerka-nerka tentang Allah? Subhanallah. Maha Suci Allah dari apa yang Anda lontarkan.

Tidak ada satu pun yang tidak Allah ketahui di langit maupun di bumi, baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ

Kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.”[21] 

Bukankah Allah mengetahui apa yang telah, sedang dan akan terjadi?

وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”[22] 

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.”[23] 

يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”[24]


BERDUSTA ATAS NAMA ALLAH

Saudara penulis yang kami hormati. Berbicara atas nama Allah tanpa ilmu dikategorikan sebagai kedustaan terhadap-Nya. Syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan membuat bab khusus tentang masalah ini dalam kitab Afaatul ‘Ilmi. Dalam bab ketiga yaitu bab “Berdusta Kepada Allah” beliau berkata:

“Berbicara atas nama Allah tanpa ilmu adalah kedustaan terhadap-Nya. Allah tidak memperbolehkan siapapun untuk berdusta pada-Nya. Tidak boleh menyadarkan ucapan kepada Allah tentang hal-hal yang tidak difirmakan-Nya.”[25]

Beliau kemudian membawakan ayat-ayat pada surat Al-Haqqah kemudian mengutip tafsir beberapa ulama mengenai penjelasan ayat tersebut. Salah satunya Ibnu Katsir.

Allah berfirman:

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيل لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ

“Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.”[26]

Ibnu Katsir memaparkan bahwa sekiranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pendusta, menambah atau mengurangi ajaran syari’at ini, atau mengatakan sesuatu yang tidak difirmankan Allah dan menisbatkan kepada Allah maka Allah tentu sudah memberikan hukuman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia.[27]

Al-Qasimi menyebutkan tentang makna ayat “Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,” adalah sekiranya berdusta atas nama Allah. Beliau menyebutkan dusta sebagai taqawwul (mengada-ada) karena istilah tersebut adalah sebuah ucapan yang dipaksakan.[28]

Az-Zamakhsyari menjelaskan makna ayat di atas bahwa sekiranya nabi Muhammad mengklaim sebuah ucapan/perkataan yang belum pernah Allah ucapkan maka tentulah Allah sudah membunuhnya tak ubahnya seperti membunuh tawanan yang tertangkap. Seperti yang dilakukan para raja terhadap orang-orang yang berani berdusta atas nama mereka, yakni memberi hukuman selekasnya karena kemurkaan dan kemarahannya.[29]

Pada ayat yang lain, Allah berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.”[30]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang makna ayat di atas:

“Allah menegaskan bahwa tidak ada orang yang lebih zhalim dan lebih besar daripada orang yang berdusta pada Allah, dengan menisbatkan ucapan atau hukum kepada-Nya, padahal Dia berlepas darinya. Orang tersebut dianggap sebagai orang yang paling zhalim karena ia  melakukan dusta dan mengubah agama, baik dasar-dasar maupun cabang-cabangya lalu menisbatkannya kepada Allah. Jelas bahwa itu adalah kerusakan paling besar.”[31]

Al-Qurthubi berkata:

“yakni, tiada seorang pun yang lebih zhalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah.”[32]

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ, مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“..Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih. ”[33]

Ketika Allah mengharamkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berdusta atas nama-Nya maka begitu jelas pula Allah mengharamkan bagi manusia pada umumnya. Dalam ayat-ayat beserta tafsirnya yang kami bawakan, terlihat begitu keras ancaman bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekiranya beliau berdusta kepada Allah mengenai apa-apa yang tidak Allah kabarkan dari langit.

Maka bagaimana dengan kita yang begitu semena-mena menarasikan tentang Allah dan bertolak belakang dengan apa yang Allah sendiri kabarkan dalam Al-qur’an maupun hadits-hadits?

Saudara Penulis yang kami hormati, tak hanya itu, lihatlah kegigihan para ulama ahli hadits dalam membersihkan penambahan-penambahan redaksi hadits yang mengatasnamakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ulama ahli hadits tersebut memilih dan memilah redaksi yang merupakan tambahan atau redaksi asli sebuah hadits sehingga bisa disarikan mana hadits yang bisa dijadikan  landasan hukum atau tidak, mana yang merupakan hadits palsu atau lemah. Konsep inilah yang merupakan salah satu agenda Tashfiyyah pada bidang hadits/As-sunnah.

Para ahli hadits melakukan kerja keras yang patut dihargai dalam menjaga hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari berbagai kedustaan. Mereka melakukan perjalanan jauh berhari-hari dan berbulan-bulan hanya untuk memastikan dan menentukan kualitas hadits dari segi keshahihannya. Dalam perjalanan tersebut, mereka menghadapi berbagai kepayahan dan kesulitan , yang bertujuan menjaga agama ini dari perubahan, baik penambahan atau pengurangan.[34]

Para pemalsu hadits ada yang bertujuan merobohkan bangunan Islam. Ada pula yang bertujuan baik namun hal itu tetap saja tidak diperbolehkan.

Dalam kitab Mabhats fie ‘Uluumil Hadits, syaikh Manna’ Al-qaththan memaparkan empat faktor orang-orang dalam memalsukan hadits. Diantaranya adalah untuk menceritakan kisah-kisah dan memberikan nasehat[35]. Namun demikian niat baik seperti itu, oleh para ulama, tetap menolaknya. Hal ini berdasarkan beberapa hadits.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من حدث عني بحديث يرى أنه كذب فهو أحد الكاذبين

“siapa yang yang menceritakan hadits dariku, dia mengetahui bahwa itu dusta maka dia termasuk salah satu diantara para pendusta.”[36]

Saudara penulis yang kami hormati, lihatlah berdusta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar terlarang walaupun dengan niat yang baik. Para ulama pula telah berusaha dengan begitu sungguh-sungguh dalam memberantas kedustaan yang mengatasnamakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lantas bagaimana dengan orang-orang yang berdusta atas nama Allah, Rabb dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dan alam semesta?

Kepada Anda, kami pun berusaha berbaik sangka bahwa Anda memiliki niat baik dalam menulis artikel singkat tersebut. Namun, Anda terjatuh dalam kesalahan fatal. Sulit bagi kami menyebutkan Anda sebagai pendusta/berdusta kepada/tentang Allah namun indikasi-indikasi pendustaan begitu terlihat jelas dalam tulisan Anda.

***
_________________
CATATAN PENULIS

Pembaca yang budiman, setelah membaca dan menulis kritikan ini, ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan.

Kami benar-benar tidak tahu siapa penulis artikel singkat di atas. Bisa jadi sang penulis adalah orang kafir yang ingin membuyarkan sifat Allah secara perlahan sehingga mengikis keimanan kaum muslimin. Bisa jadi sang penulis adalah adalah saudara kita yang ingin menghacurkan aqidah Islam dari dalam tubuh kaum muslimin. Ibarat musuh dalam selimut.

Bisa jadi pula, dan inilah persangkaan baik kami, bahwa penulis adalah saudara kita kaum muslimin yang berniat baik ingin membangun kesadaran beragama kaum muslimin namun pada saat yang sama ia terjatuh dalam pelanggaran kode etik aqidah Islam, tepatnya tauhid Asma’ wa Sifat.

Tulisan singkat penulis tersebut banyak menyebar dan mendapat respon baik dari pembaca yang memiliki level keilmuan yang masih minim. Seperti yang kami ketahui, belum ada rekan-rekan kami yang memberikan masukan ilmiah secara khusus.

Sebagai penutup, pangkal dari semua ini adalah ketidaktahuan kaum muslimin terhadap salah satu jenis tauhid yang wajib diketahui seorang muslim/muslimah yaitu tauhid Asma’ wa Sifat. Para ulama telah memaparkan dengan rinci tema ini, dan di negeri kita sendiri sudah banyak kitab-kitab terjemahan yang mengulasnya.


وفي الختام أرجو أن أكون قد وفقت في هذه الرسالة. وأعوذ بالله من الخطأ والزلل. وأسأله قبول الصالح من العمل. وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العلمين. والصلاة والسلام على أشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك  


***

Penulis: Abdullah Akiera Van As-samawiey (Fachri Aboe Syazwiena)

Editor/Akurator: Ustadz Abul Jauzaa’ Al-Bogory (pemilik blog http://abul-jauzaa.blogspot.com/)

Mataram, di pagi yang cerah. Rabu, 26 Rajab 1432 H (29 Juni 2011 M). Selesai disempurnakan Selasa sore, 4 Sya’ban 1432 H (5 Juli 2011 M).

__________
REFERENSI:

Alqur’an Digital dan Terjemahan

Kitab Syarah Aqidah Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Fauzan Al-Fauzan, penerbit Daar As-Salafiyyah Uni Emirat Arab, cetakan I, 1429 H/2008 M.

Kitab Mukhtashar Sabiili Al-Huda wa Ar-Rasyad fie Bayaani Haqiqati Tauhiidi Rabbi Al-‘Ibaad, penulis
Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al-khumais, penerbit Maktabah Al-furqan, cetakan pertama, 1423 H/2002 M.

Kitab Al-Bida’ Al-Hauliyyah oleh syaikh Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiri diterbitkan Darul Falah Jakarta dengan judul Ritual Bid’ah Dalam Setahun, cetakan 4, 2006 M.

Kitab Khasha-ish Ahli Al-Hadits wa As-Sunnah oleh syaikh Muhammad Muhibuddin Abu Zaid, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Merekalah Golongan Yang Selamat, cetakan 1, 2009 M.

Kitab At-Tashfiyyah Wa Tarbiyyah oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halaby Al-Atsari, diterbitkan oleh Imam Bukhari Solo dengan judul Tasfiyah Dan Tarbiyah (Upaya Meraih Kejayaan Umat), cetakan 1, 2002 M.

Kitab Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M.

Kitab Tahdzib Tas-hil Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah oleh syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Cara Mudah Memahami Aqidah, cetakan 1, 2007 M.

Kitab Mabhats Fie ‘Ulumi Al-Hadits Oleh Syaikh Manna’ Al-Qaththan, diterjemahkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta Timur dengan judul Pengantar Studi Ilmu Hadits, cetakan 1, 2005 M.

Ebook Tauhid Al-Asma' Wash-Shifat oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Ringkasan dari satu pembahasan yang ditulis oleh DR. Muhammad bin Rabi’ Al Madkhali dalam kitabnya “Haqiqat Ash Shufiyyah” (hal. 18-21), dengan sedikit perubahan oleh Abdullah Taslim, MA.

Kamus   Besar Bahasa Indonesia oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, penerbit Balai Pustaka Jakarta, edisi ketiga, 2007 M.

Link http://nurudin.jauhari.net/surat-sayang-dari-allah-swt.jsp


 ________
End Notes: 

[1] Mukhtashar Sabiili Al-Huda wa Ar-Rasyad fie Bayaani Haqiqati Tauhiidi Rabbi Al-‘Ibaad, penulis Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al-khumais, penerbit Maktabah Al-furqan Uni Emirat Araab, cetakan 1, 1423 H/2002 M, hal 116.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ringkasan dari satu pembahasan yang ditulis oleh DR. Muhammad bin Rabi’ Al Madkhali dalam kitabnya “Haqiqat Ash Shufiyyah” (hal. 18-21), dengan sedikit perubahan oleh Abdullah Taslim, MA.
[6] kitab At Thawasiin, tulisan Al Hallaj hal.130.
[7] kitab Al Washaaya, tulisan Ibnu ‘Arabi (hal.27).
[8] Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad Ath Thai Al Hatimi Al Mursi Ibnu ‘Arabi, yang binasa pada tahun 638 H dan dikuburkan di Damaskus. Lihat Siar Al A’lam An Nubala’ tulisan Imam Adz Dzahabi (16/354).
[9] Seperti yang dinukilkan oleh DR. Taqiyuddin Al Hilali dalam kitabnya Al Hadiyyatul Haadiyah hal. 43.
[10] hal.192
[11] QS. Asy-Syuuraa: 11
[12] Lihat kitab Syarah Aqidah Wasithiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Fauzan Al-Fauzan, penerbit Daar As-Salafiyyah Nigeria, cetakan I, 1429 H/2008 M, hal 22 .
[13] Lihat Ebook Tauhid Al-Asma' Wash-Shifat oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
[14] Tahdzib Tas-hil Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah oleh syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Cara Mudah Memahami Aqidah, cetakan 1, 2007 M, hal 9.
[15] Ibid.
[16] Al-Bida’ Al-Hauliyyah oleh syaikh Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiri diterbitkan Darul Falah Jakarta dengan judul Ritual Bid’ah Dalam Setahun, cetakan 4, 2006 M, hal 31.
[17] Tahdzib Tas-hil Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah oleh syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Cara Mudah Memahami Aqidah, cetakan 1, 2007 M, hal 9.
[18] Ibid.
[19] Ibid
[20] Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, penerbit Balai Pustaka Jakarta, edisi ketiga, 2007 M, hal. 872
[21] QS Yunus: 61
[22] QS An-Nisa: 26
[23] QS Yusuf: 76
[24] QS Ar-Ruum: 54
[25] Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M, hal. 45
[26] QS Al-Haqqah: 44-47
[27] Tafsir Al-qur’an Al-Adzim, Ibnu Katsir (4/415). Dari kitab Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M, hal 45
[28] Mahasin At-Ta’wil (9/314). Dari Kitab Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M, hal. 46
[29] Ibid
[30] QS al-An’am: 93
[31] Taisir Alkarim Ar-rahman, hal 226. Dari kitab Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M, hal. 49
[32] Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, al-Qurthubi (7/41). Lihat kitab  Afaatul ‘Ilmi oleh syaikh Abu Abdillah Muhammad Ruslan, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Bencana Ilmu, cetakan 1, 2005 M, hal 48
[33] QS An-Nahl: 116-117
[34] Mukaddimah Al-Majruhin hal 58. Lihat ktab Khasha-ish Ahli Al-Hadits wa As-Sunnah oleh syaikh Muhammad Muhibuddin Abu Zaid, diterbitkan oleh Pustaka At-Tadzkia Jakarta dengan judul Merekalah Golongan Yang Selamat, cetakan 1, 2009 M, hal 91
[35] Lihat kitab  Mabhats Fie ‘Ulumi Al-Hadits Oleh Syaikh Manna’ Al-Qaththan, diterjemahkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta Timur dengan judul Pengantar Studi Ilmu Hadits, cetakan 1, 2005 M, hal 146
[36] HR Muslim (4) dan At-Tirmidzi (2664). Lihat kitab At-Tashfiyyah Wa Tarbiyyah oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halaby Al-Atsari, diterbitkan oleh Imam Bukhari Solo dengan judul Tasfiyah Dan Tarbiyah (Upaya Meraih Kejayaan Umat), cetakan 1, 2002 M, hal. 52