Syairku tentang Dunia(dalam kiasan sang api)
Butiran air mata serasa mengalir selayaknya ia dalam wujudnya.
Suara-suara tangis telah menggema diantara hati kedua khalifah.Mereka yang berada dalam selaksa
makna kehidupan,menggumpalkan mimpi di penghujung rindu.Ada kala saat
mentari tak ingin menampakkan sinarnya pada pelukis dunia.Ada saat tarian pena berhenti karena cahaya kian mengarah pada semak-semak berduri.
Dunia..ya Dunia!!
selalu melukiskan fatamorgana dan sebuah permainan.Ia memang berkuasa penuh
atas sandiwara ini.bagaimana tidak?Ia sepenuh hati memberikan rayuan gombal bagi penikmat duniawi.Ia tak lebih dari makhluk Ilahi dari wujud api.
Jika malam,ia adalah penguasa dalam kegelapan memabukkan seluruh pecandu dunia.kala siang dan sore bahkan setiap waktu
ia memulai aksi memperlambat jiwa-jiwa yang hanif beribadah.Ia sang ketua penggenggam bara api yang tak layak untuk dipatuhi.
Dengan caranya ia memperbudak pengikut api dalam setiap masa.sebenarnya tak pantas jika dunia menjadi sebuah syair
dari sebaris kalimat yang tercipta.Dunia hanyalah gambaran kecil dari markas yang ia tempati.Terkadang melahirkan kebahagiaan namun tercipta
sebuah kejemuan,kesakitan yang tak mampu secara pasti tergambar jelas dalam otak kecil ini.Inilah Dunia dalam kiasannya sang api.
Ialah Sang api yang memulai bermain kata dengan Dunia.Markas besar dalam sandiwara yang ia telah definisikan.hmm..mungkin kini
air mata telah menjangkau jauh seluruh perasaan atau mungkin aku yang penat menggambarkan kepingan-kepingan dosa diantara sang penghujat.
1 komentar:
luar biasa....1 memang dunia kadangkala bisa membutakan hati manusia. setelah mmbc syairmu ini tentang dunia sungguh sy teringat firman allah surat alimran :14 yg artinya: "wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu, binatang-binatang ternak. dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)".
Posting Komentar